Selasa, 24 Januari 2012

Situ Lengkong (Panjalu) Ciamis

Setiap minggunya, ribuan umat Muslim berbondong-bondong ke Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Mareka datang untuk berwisata ziarah ke Situ Lengkong yang airnya dipercaya berasal dari mata air zamzam di Mekkah, Arab Saudi. Asal-usul air ini, rupanya bukan hanya mitos, sebab ada beberapa bukti arkeologis yang mendukung mitos tersebut.
SITU LENGKONG – Danau Situ Lengkong dipercaya airnya berasal dari mata air Zamzam di Arab Saudi yang dibawa oleh Sanghyang Borosngora pada abad ketujuh. Peziarah yang datang ke Situ Lengkong, membawa air dari danau ini sebagai buah tangan.
Selain berwudhu di air danaunya, umat muslim juga berziarah ke makam Prabu Hariang Kancana yang dimakamkan di Nusa Gede, sebuah pulau kecil di tengah Danau Situ Lengkong serta mengunjungi bumi alit, sebuah situs museum tempat pusaka Panjalu berada.
RH Atong Tjakradinata, seorang keturunan Raja Panjalu yang semasa hidupnya pernah menjabat sebagai kuwu (kepala desa) selama 40 tahun mengungkapkan mitos dan bukti arkeologis yang mendukung mitos tersebut ketika Pembaruan berkunjung ke kediamannya di Desa Panjalu, Ciamis. Ia mengungkapkan, Kerajaan Panjalu adalah kerajaan yang besar dan pemerintahannya mencapai tatar Banyuwangi, Jawa Timur. Berdasarkan penelitian, Kerajaan Panjalu berdiri jauh sebelum Kerajaan Padjadjaran. Pada zamannya, Kerajaan Panjalu pernah diperintah oleh seorang perempuan bernama Sanghyang Ratu Permana Dewi yang sangat bijaksana.
Ia memiliki seorang anak yang dikenal sebagai Prabu Siliwangi. Prabu Siliwangi memiliki enam orang cucu, satu di antaranya bernama Prabu Sanghyang Borosngora atau biasa disebut Sanghyang Jampang Manggung. Keenam cucu Prabu Siliwangi memiliki ajaran yang penuh nilai keluhuran, yaitu berani karena benar, takut karena salah, melaksanakan keadilan sosial, menyembah yang Esa, bekerja dan berkeputusan berdasarkan musyawarah mufakat, pengorbanan, mendahulukan kepentingan umum dari kepentingan pribadi, dan sebagainya.
Di antara keenam bersaudara Prabu Sanghyang Borosngora dikaruniai kegagahan dan dan memiliki kesaktian yang luar biasa. Ia tidak mempan senjata, tidak panas terkena api dan bepergian pun tidak perlu menapak di tanah atau di air.

Mencari Ilmu

Dalam suatu waktu, Prabu Borosngora yang bertugas menjaga keamanan negara, dipanggil oleh ayahnya Sanghyang Prabu Cakra Dewa. Borosngora diutus untuk mencari ilmu yang lebih hebat dan lebih tinggi dari yang sudah dimilikinya. Ketika mengutus Borosngora, sang ayah menitipkan semacam gayung yang bolong di bagian dasarnya. “Jangan dulu pulang jika kamu belum bisa membawa air secanting penuh tanpa menumpahkan isinya,” titah sang ayahanda Borosngora.
Meski sedih karena tugas ini terlalu berat dan nyaris mustahil, Borosngora menyanggupi permintaan ayahandanya. Ia kemudian menjelajah nusantara untuk mencari guru yang lebih luhur ilmunya dari dia, yaitu bila sudah bisa memberikan ilmu membawa air di dalam wadah yang bolong tanpa menumpahkan airnya.
“Untuk melihat tingkat kesaktian calon guru-gurunya, Borosngora sengaja mengajak mereka berduel satu lawan satu dan hasilnya Borosngora selalu menang. Akhirnya Borosngora mengembara ke Asia Barat melalui negara-negara India, Pakistan dan sebagainya hingga ia tiba di Padang Arafah Arab Saudi,” ujar Atong.
Menurut Atong, rute perjalanan Borosngora ini pernah diteliti oleh para ahli sejarah dan berdasarkan penelitian tersebut, ia memang pergi ke Padang Arafah di Arab Saudi. “Di sana, Borosngora bertemu Ali bin Abu Thalib yang merupakan khalifah Nabi Muhammad SAW yang juga berstatus menantu sekaligus keponakan Nabi. Borosngora kemudian dibawa ke Mekkah dan menjadi muslim,” katanya.
Dalam penelitian tersebut, Borosngora hidup antara tahun 600-700 Masehi, sama dengan Ali bin Abu Thalib, jadi pertemuan mereka memang menurut Atong, nyata terjadi. Setelah sekian lama berguru pada Ali, Borosngora diminta pulang ke negerinya, sebab Ali merasa ayah dan ibu Borosngora sudah merindukan anaknya. Borosngora sendiri menyatakan sudah ingin pulang, namun tidak berani bila belum bisa membawa air di dalam gayung yang bolong bagian dasarnya tersebut.
Dengan enteng Ali meminta agar Borosngora mengambil air zamzam sambil melafalkan doa. “Atas izin Tuhan, air tersebut tidak tumpah dan Borosngora bisa membawa air zamzam itu hingga tiba di Panjalu,” katanya. Ia juga memberikan cenderamata berupa pedang dan jubah bagi Borosngora dengan amanat agar Borosngora menyiarkan agama Islam di Panjalu.
Setiba di Panjalu, ayah Borosngora sudah tidak lagi menjadi raja tapi sudah menjadi begawan, sementara kedudukan raja diberikan kepada kakak Borosngora, yaitu Prabu Sanghyang Lembu Sampulur II. Ayah Borosngora yang memang menunggu-nunggu kehadiran anaknya ketika melihat anaknya sudah pulang dengan membawa air di dalam canting yang bolong tanpa menumpahkan airnya sedikit pun, kemudian mengatakan pada Borosngora untuk membuat danau di daerah Legok Jambu.
“Borosngora kemudian membendung kawasan Legok Jambu dengan batu yang sampai sekarang masih bisa dilihat susunannya yang berupa batu-batu hitam seperti batu yang terdapat di Candi Borobudur, air zamzam itu ditumpahkannya di Legok Jambu dan sekarang jadilah Situ (Danau) Lengkong,” katanya.
Kemudian Borosngora membuat bendungan dan memindahkan kerajaan di tengah pulau yang berada dalam danau tersebut. Setelah bisa membendung danau dan membuat kerajaan di dalam pulau, Borosngora kemudian diangkat jadi raja Panjalu. Kakak Borosngora, kemudian pindah ke Gunung Tampomas Sumedang dan memerintah di sana, dan sama dengan ayahnya yang bijaksana, raja Tampomas ini juga bergelar Siliwangi.

Masuknya Islam

Sementara itu, Borosngora yang sudah memeluk Agama Islam kemudian memerintah kerajaannya dengan ajaran kearifan Islam masuk dalam Kerajaan Panjalu. “Karena titah raja adalah undang-undang, maka ketika Borosngora menganut Islam, rakyatnya pun menganut agama Islam,” katanya. Itulah sebabnya menurut Atong, kenapa orang Panjalu sangat bangga pada rasa kesundaan dan keislamannya.
“Kami sangat bangga pada rasa kesundaan dan keislaman kami karena raja kami dulu berguru langsung dari khalifah nabi dan membawa ke sini, jauh sebelum para pedagang dari Parsi mendarat di Indonesia dan para walisongo mengajarkan Islam dengan cara yang radikal,” katanya.
Hingga kini, pakaian Borosngora yang merupakan hadiah Ali bin Abu Thalib masih tersimpan di Bumi Alit, begitu juga dengan pedang berukuran panjang berbentuk lengkung dan berlafal Arab.
“Saya masih ingat tulisan dalam pedang itu berbahasa Arab, artinya pedang milik Ali,” kata Atong. Namun menurut Atong, saat ini tulisan di atas pedang sudah hilang karena tiap tahun pedang tersebut diasah, dicuci, dan dibersihkan.
Hingga kini, makam Prabu Borosngora sendiri tidak ditemukan, yang ada hanya makam putra pertamanya, yaitu Prabu Hariang Kancana. “Kalau seseorang bergelar Sanghyang, ia memang tidak meninggalkan jasad saat meninggal, kalau gelarnya Hariang, maka ia meninggalkan jasad,” ujar Atong memberi penjelasan.
Selama hidupnya, Borosngora ternyata tidak hanya memerintah Panjalu. Ia diketahui menjelajah beberapa tempat di Nusantara dan mendirikan kerajaan Islam dengan nama yang berbeda-beda. “Dari Panjalu, ia pindah ke Sukabumi dan mendirikan Kerajaan Jampang. Ia mengganti namanya menjadi Sanghyang Jampang Manggung. Kemudian pindah ke Gebang Pandeglang, Banten, dan mengubah namanya menjadi Prabu Sanghyang Gebang. Setelah Gebang besar, ia pindah ke Sumatera mendirikan kerajaan di sana dan kemudian menjelajah hingga ke Siak, kemudian ke Kalimantan,” katanya.
Tak lama di Kalimantan, ia kembali ke Jawa, yaitu ke Cilamaya dan mengganti namanya menjadi Syekh Syaifuloh, terakhir ia tinggal di Gunung Sembung dan mengganti namanya menjadi Syekh Abdul Iman. “Selama masa pengembaraannya, Borosngora selalu mendirikan kerajaan yang bernapaskan Islam sehingga bisa dikatakan tunas kerajaan Islam di nusantara tidak lain berkembang karena jasanya,” tutur Atong.

Desa Wisata

Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Barat, Memet Hamdan, mengakui sejarah mengenai Panjalu sangat menarik sehingga minat wisatawan untuk melakukan wisata ziarah ke daerah tersebut sangat tinggi. “Itulah sebabnya saat ini saya canangkan daerah ini sebagai desa wisata sehingga masyarakat umum yang tertarik datang ke Panjalu bisa langsung menginap di rumah penduduk. Ini baik untuk menjalin rasa kekeluargaan, dan meletarikan adat budaya Panjalu di mana sektor pariwisata berjalan seiring dengan kebiasaan desa tersebut, sekaligus menambah pendapatan warga desa,” katanya.
Panjalu memang memiliki daya tarik sendiri di bidang rohani dan kesejarahan, dan danaunya yang indah, Pulau Nusa Gede-nya telah ditetapkan sebagai kawasan cagar alam dan dihuni oleh 10.000 ekor kelelawar, ratusan ekor ular dan berbagai spesies burung serta ikan juga menarik untuk dikunjungi.
Dalam hal event wisata, para pemilik domba adu di Panjalu seringkali menggelar acara adu domba sebagai bagian dari kesenian dan hiburan masyarakat setempat. Kegiatan ini sangat menarik karena domba yang kekar, tampan dan berbulu lebat dipamerkan dan kemudian dipertontonkan kekuatannya di arena adu. Tontonan ini cukup aman karena ada wasit dan penjaga.
Selamat berwisata ke Panjalu.

Selasa, 17 Januari 2012

Bahasa Inggris itu Sederhana dan Mudah

Bagi sebagian orang, pelajaran bahasa Inggris nyaris sama horornya dengan matematika. Padahal bahasa ini adalah bahasa pengantar nomor satu dunia. Lalu bagaimana untuk mereka yang tidak menggeluti bidang bahasa tetapi paham betul kalau bahasa Inggris penting dan bisa menunjang karir mereka? Berikut sebuah tips mudah untuk belajar bahasa Inggris dengan sederhana.

Menceritakan Masa Lalu

Coba kita ambil satu contoh penggunaan bentuk waktu dalam Bahasa Inggris, atau biasa disebut Tenses.Katakan saja tadi malam anda menonton bioskop dengan teman-teman anda dan hari ini dikantor atau dikampus anda ingin menceritakan kembali betapa bagusnya film tersebut ke teman-teman yang lain. Kalau anda menceritakannya dalam Bahasa Indonesia tentu itu tidak akan terlalu sulit, keterangan-keterangan waktu seperti semalam atau tadi malam sudah cukup menerangkan kalau kejadian-kejadian tersebut sudah terjadi di waktu lampau.

Masalahnya adalah salah satu atau beberapa teman anda itu orang asing dan dia belum bisa berbahasa Indonesia. Disini anda ditantang untuk menceritakan kembali film tersebut dalam Bahasa Inggris. Sejatinya, anda tidak harus menceritakannya dalam Bahasa Inggris yang baik dan benar, tetapi paling tidak si pendengar asing tersebut tahu kalau kejadiannya sudah lampau. Lalu bagaimana caranya?

* Kalimat Positif

Semua orang tahu konsepsi dasar penggunaan bentuk waktu lampau dalam bahasa Inggris, bahwa bentuk waktu ini digunakan untuk menjelaskan kejadian atau peristiwa yang berlangsung pada masa lampau. Atau dengan kata lain pada satu waktu tertentu di masa lalu, hal yang dibicarakan terjadi. Hal tersebut mulai dan berakhir di waktu lampau. Bahkan satu detik yang lalu merupakan waktu lampau.

Dalam bahasa Inggris salah satu penentu utama sebuah kalimat dalam bentuk lampau akan terlihat dari kata kerjanya atau Verb. Kata kerja tersebut harus dalam bentuk kata kerja II, verb II. Penentu lainnya adalah penggunaan keterangan waktu yang menunjukkan hal tersebut terjadi di waktu lampau, seperti yesterday, yesterday morning, yesterday afternoon, last week, last year, last month, last spring, last winter, a few minutes ago, two years ago, five minutes ago, three days ago, one year ago, dan lain-lain.

Lalu bagaimana dengan struktur kalimatnya? Untuk kalimat positif, strukturnya adalah:


Subject + Verb II + Object

Setelah Object bisa ditambahkan keterangan waktu untuk melengkapi, seperti contoh:

I watched movie last night.

Dari contoh diatas bisa dilihat I sebagai Subject, watched sebagai Verb II, movie sebagai Object dan last night sebagai keterangan waktu atau Adverb of time.

Contoh lainnya adalah:
I was sad last night.

Dari contoh diatas tidak ada kata kerja II kita temukan. Dalam kalimat seperti ini, jika tidak menggunakan kata kerja, kita menggunakan was atau were, bagaimana was digunakan dan bagaimana were digunakan tergantung pada Subjectnya. Was digunakan apabila subjektnya I, He, She dan It. Sedangkan were digunakan apabila subjetnya You, We dan They, seperti contoh-contoh berikut:

They were there last Tuesday.
She was late last Tuesday.


* Kalimat Negatif

Kemudian bagaimana kalau anda ingin mengatakan hal atau sesuatu yang bersifat negatif? Coba lihat contoh-contoh berikut:

He didn’t go to the movie last night.
I didn’t sleep well last night.

Dari kedua contoh diatas kita dapati penggunaan kata kerja tidak seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa untuk menjelaskan waktu lampau kata kerjanya harus dalam bentuk II, tetapi yang ada pada kalimat diatas kata kerja go tidak berubah menjadi went dan kata kerja sleep tidak berubah menjadi slept.

Hal ini dikarenakan untuk menjelaskan kalimat negatif dalam waktu lampau sudah digunakan did + not, maka kata kerjanya tetap dalam bentuk I, Verb I. Maka struktur kalimatnya sebagai berikut:

Subject + didn’t + Verb I + Object
Contoh-contoh lainnya seperti:

They didn’t come yesterday.
We didn’t see action movie last night.

Lalu bagaimana dengan kalimat-kalimat yang tidak menggunakan kata kerja? Misalkan, seperti contoh yang sudah ada diatas:

I was sad last night.
They were there last Tuesday.

Kedua kalimat tersebut dalam bentuk positif, untuk merubahnya menjadi negatif kita hanya perlu menambahkan not setelah was atau were:

I wasn’t sad last night.
They weren’t there last Tuesday.

Penggunaan was + not biasa disingkat menjadi wasn’t, sama halnya untuk were + not menjadi weren’t. Dengan demikian, struktur untuk kalimat negatif yang tidak menggunakan kata kerja sebagai berikut:

Subject + was not / were not + …


* Kalimat Tanya

Kemudian bagaimana untuk kalimat tanya? Contohnya:

Did you see Alex yesterday?

Contoh diatas merupakan kalimat negatif yang sederhana, dengan struktur bisa dituliskan:

Did + Subject + Verb I + Object

Bentuk kalimat diatas akan membutuhkan jawaban Ya atau Tidak, seperti contoh-contoh berikut:

Did he go to the bus station?
Did Harry work late last night?

Kemudian ada bentuk kalimat yang membutuhkan jawaban informasi akan sesuatu hal, seperti:

What did you do last night?
Where did you watch the movie?

Kedua kalimat tanya diatas membutuhkan jawaban yang menjelaskan sesuatu hal kepada penanyanya, hal ini ditunjukkan dengan penggunaan kata tanya atau wh-question / question word, seperti: What, Where, When, Why, Who dan How, yang kemudian diikuti dengan did:

What/Where/When/Why/Who/How + did + Subject + Verb I + Object

Contoh lainnya:

Who did you drive home?
When did she arrive?
How much money did you spend last night?

Lalu bagaimana jika tidak menggunakan did melainkan kata tanya saja? Jawabannya adalah kata kerjanya berubah menjadi bentuk II, verb II, seperti contoh:

Who told you that?
What woke you up last night?
Who cried last night?

Ketiga kalimat diatas tidak ada yang menggunakan did, maka kata kerja mereka dalam bentuk II; tell berubah menjadi told, wake berubah menjadi woke dan cry berubah menjadi cried. Strukturnya sebagai berikut:

What/Where/When/Why/Who/How + Verb II + …

Bentuk kalimat berikutnya adalah dengan menggunakan was atau were, contohnya:

Was I there yesterday?
Was he busy last night?

Kalimat-kalimat diatas tidak terdapat kata kerja didalamnya, maka was atau were digunakan. Maka strukturnya:

Was / Were + Subject + …

Bagian terakhir dari bentuk kalimat masa lampau ini adalah penggunaan was atau were bersama-sama dengan kata tanya, strukturnya sebagai berikut:

What/Where/When/Why/Who/How + was / were + Subject + …

Contohnya:

Where were you last night?
Who was in the park?


* Kata Kerja Beraturan vs. Kata Kerja Tidak Beraturan

Kata kerja beraturan atau biasa disebut Regular Verb adalah kata kerja dalam bahasa Inggris yang pembentukkan lampaunya tinggal ditambahkan akhiran –ed, seperti: help menjadi helped, play menjadi played, erase menjadi erased dan lain-lain.

Sedangkan kata kerja tidak beraturan atau Irregular Verb adalah kata kerja dalam bahasa Inggris yang pembentukkan lampaunya tidak bisa ditambahkan akhiran –ed, melainkan kata tersebut berubah, seperti: come menjadi came, eat menjadi ate, sit menjadi sat dan lain-lain.

Diharapkan sekarang anda mau mencoba menceritakan betapa bagusnya film tadi malam dalam bahasa Inggris, tidak perlu dengan bahasa Inggris yang sempurna, tetapi setidaknya pendengar anda mengerti kalau cerita tersebut sudah lewat, maka anda sudah menerapkan Simple Past Tense dalam percakapan anda, salah satu tata bahasa, Grammar, dalam bahasa Inggris.

Why were they so sad last night?
How was Diana yesterday?
Were they here last Tuesday?
Were you absent last Monday?
Did you buy Popcorn?
Diana didn’t cry about the story.
We were at home.
It was cloudy yesterday afternoon.

SEJARAH SEPAK BOLA

Menurut Bill Muray, pakar sejarah sepak bola, dalam bukunya The World Game: A History of Soccer, sepak bola sudah dimainkan sejak awal Masehi. Saat itu, orang-orang di era Mesir Kuno sudah mengenal permainan membawa dan menendang bola yang dibuat dari buntalan kain linen. Sejarah Yunani Purba juga mencatat ada sebuah permainan yang disebut episcuro, permainan menggunakan bola. Bukti itu tergambar pada relief-relief di dinding museum yang melukiskan anak muda memegang bola bulat dan memainkannya dengan paha.

Sepak bola juga disebut-sebut berasal dari daratan Cina. Dalam sebuah dokumen militer disebutkan, sejak 206 SM, pada masa pemerintahan Dinasti Tsin dan Han, orang-orang sudah memainkan permainan bola yang disebut tsu chu. Tsu mempunyai arti "menerjang bola dengan kaki". Sedangkan chu, berarti "bola dari kulit dan ada isinya". Mereka bermain bola yang terbuat dari kulit binatang dengan cara menendang dan menggiringnya ke sebuah jaring yang dibentangkan pada dua tiang.

Jepang pun tidak mau ketinggalan. Sejak abad ke-8, konon masyarakatnya sudah mengenal permainan ini. Mereka menyebutnya sebagai Kemari. Bolanya terbuat dari kulit kijang berisi udara.

Yang menarik, ada legenda pada abad pertengahan. Konon saat itu, seluruh desa mengikuti satu permainan bola. Bola yang terbuat dari tengkorak, ditendang satu diantara warga ke arah desa tetangga. Kemudian, oleh si penerima bola di desa itu, bola dilanjutkan ditendang ke desa selanjutnya.

Sejarah Dan Penjara

Pada tanggal 23 Mei 1920, Indische Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV) yang didirikan di Semarang sepuluh tahun sebelumnya, berganti nama menjadi Perserikatan Komunis di India (PKI). PKI merupakan organisasi pertama di Asia di luar kekaisaran Rusia, menggunakan kualifikasi “Komunis.” Partai Komunis Cina sendiri baru didirikan setahun kemudian, yakni pada bulan Juli 1921. Orang yang ditugaskan oleh Internationali Comuniste untuk membantu Partai baru tersebut adalah Henk Sneevliet, seorang organisator ISDV Belanda, yang pada tahun 1918 diburu-buru oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda karena kegiatan-kegiatan revolusionernya.
Kata “perserikatan” dalam bahasa Melayu merupakan terjemahan dari kata Belanda “Partij.” Sedang nama PKI itu sendiri, menurut dokumen awal dari organisasi tersebut, merupakan kependekan dari bahasa Melayu “Perserikatan Komunis di India,” yang bila di Belandakan menjadi “Partij der Kommunisten in Indie.” Pada tahun 1927, kata “perserikatan” digunakan oleh PNI, sebelum menetapkan namanya menjadi Partai Nasional Indonesia.
Dalam konggres bulan Juni 1924 di Weltevreden (sekarang Jakarta Pusat), Perserikatan Komunis di India diubah namanya menjadi Partai Komunis Indonesia, ini merupakan pertama kalinya di Hindia Belanda, sebuah organisasi memakai kata “Indonesia”. Sebetulnya sejak tahun l922 sudah terdapat sebuah organisasi politik yang bernama Indonesiche Vereeniging, yang kemudian diterjemahkan menjadi Perhimpunan Indonesia. Tapi organisasi tersebut berada di Nederland, bukan di negeri jajahan.
PKI juga merupakan organisasi politik Indonesia pertama yang menggunakan konsepsi “Partai” dalam nama resminya, dalam bahasa Melayu. Pergantian kata “perserikatan” menjadi “Partai,” merupakan bagian dari konflik terbuka sejak tahun 1922 di dalam tubuh Sarekat Islam, antara militan pro komunis dan yang menentangnya.
Sarekat Islam, sejak awal tahun 1910 dan di sepanjang awal tahun 1920, merupakan suatu gerakan sosial politik yang berpengaruh, suatu gerakan yang pertama kali mengambil corak sosial-politik di Indonesia, di mana organisasinya tidak lagi membatasi dalam lingkaran tertentu, baik secara sosiologis maupun geografis, dan berkembang tidak hanya di Pulau Jawa, melainkan juga di Sumatera dan kawasan lain. Anggota-anggota ISDV (kemudian PKI) seringkali merangkap anggota Sarekat Islam. Pada awalnya keanggotaan rangkap tersebut tidak menimbulkan masalah dan tidak bertentangan dalam hal agama; lagipula Sarekat Islam tidaklah menjadi lebih atau kurang sekuler pada saat telah menjadi gerakan massa, Tapi pembengkakan pengaruh ide-ide komunis di tengah gerakan dan munculnya persaingan guna merebut kepemimpinan, telah mendorong para pimpinan yang ada, yang khawatir akan kedudukannya, mencoba menunjukan adanya ketidak sesuaian antara Islam dengan Komunisme, Sambil menekankan ciri keislaman dari Sarekat Islam, dan menganggap hal yang mustahil anggota suatu organisasi Islam merangkap menjadi anggota organisasi Komunis. Untuk menegaskan perbedaan tersebut, para pemimpin Sarekat Islam kemudian mengusulkan agar gerakan SI dianggap sebagai sebuah Partai—dalam pengertian Belanda “Partij”—dan melarang anggotanya menjadi anggota partai yang lain pada saat yang bersamaan. Dari sini nampak bahwa kata “partij” mengandung arti khusus yang tidak dipunyai oleh kata “sarekat”, yang tidak cukup jelas dalam mencerminkan pengertian “perserikatan”: Organisasi dengan kata Partai memiliki kelainan, yakni kekhususan bahwa seseorang tidak dapat menjadi anggota banyak partai pada saat yang sama, padahal ia boleh menjadi anggota banyak “sarekat” atau anggota suatu “sarekat” dan suatu “Partai.” Jadi ketika PKI memilih kata “Partai,” ini merupakan pernyataan adanya sifat eksklusif dari kelompok tersebut, dimana berlaku berbagai peraturan ketat organisasi serta disiplin tertentu. Sedangkan SI sendiri, baru pada tahun l927 menyepakati nama Partai Sarekat Islam; namun pada saat itu, organisasi tersebut sudah tidak lagi menampilkan gambaran sebagai sebuah organisasi yang kuat seperti sepuluh tahun sebelumnya.
Setelah terjadi perdebatan tentang konsepsi “partai” dalam SI, di kalangan PKI kemudian timbul pemikiran tentang peranan Partai itu sendiri dan bentuk macam apa yang harus diambil supaya peranan tersebut dijalankan dengan baik. Jadi bukan hanya terbatas berbicara dengan rakyat, mengucapkan pidato persiapan konggres Juni 1924, atau bukan lagi hanya meyakinkan mereka, tapi juga menyatukan keyakinan tersebut dalam perbuatan serta mempersatukan segenap kekuatan perubahan dalam suatu organisasi yang mendasarkan kekuatannya pada disiplin, yang berbicara hanya dalam satu bahasa dan bertindak seperti seorang manusia.1)
Tidak lagi hanya menyemaikan ide-ide tapi harus dijaga agar ide-ide tersebut bisa menjadi buah, lalu berkembang menjadi tekad, untuk itu diperlukan sebuah organisasi yang mampu melaksanakan tekad tersebut, menjadi suatu perubahan politik, yang membangkitkan dan dapat menjadi pemimpin dari gerakan yang dilahirkan oleh tekad tersebut.Kebutuhan adanya suatu organisasi yang lebih kokoh, lebih kuat dan lebih disiplin untuk menjamin keberhasilan peranannya sebagai organisasi pelopor, menyebabkan ditanggalkannya kata “perserikatan” yang melekat pada awal kelahiran PKI, pada masa kegagapan dan belajar, menjadi sebuah “Partai.”Partai besar yang bersatu juga diperlukan agar Partai bisa bertahan dari tekanan pemerintah Hindia Belanda yang semakin lama, semakin sewenang-wenang. Ruth McVey menulis bahwa seorang pemimpin partai dijamin akan dipenjarakan selama beberapa bulan dalam setiap tahunnya.2)
Suatu peristiwa genting pernah terjadi pada tahun 1923, setelah kegagalan aksi pemogokan yang cukup besar di jawatan kereta api dan diusirnya Semaun–Sekjen PKI sejak 1920 dan sekjen Sindikat Buruh Kereta Api–keluar negeri. Di Solo dan Semarang terjadi serangkaian sabotase dengan “bom”. Orang-orang Komunis segera dituduh sebagai penanggung jawab. Tempat pertemuan mereka digeledah dan sejumlah pimpinannya ditangkap. Tapi tidak ditemukan bukti-bukti bahwa partai terlibat dalam peristiwa pem-bom-an tersebut. Namun dua dari pimpinan yang dipenjarakan itu diusir dan sejumlah lainnya di penjarakan selama empat bulan.3)
Dengan demikian,disamping terdapat hal-hal yang dilakukan guna memajukan nasib kaum buruh, juga terjadi aksi-aksi yang membuat partai mundur, ada tindakan yang memperjuangkan kepentingan rakyat dan ada pula tindakan yang hanya melayani kepentingan polisi. Oleh karena itu harus dapat dibedakan antara aksi-aksi yang berguna dengan tindakan yang memperkeruh suasana. Bagi pimpinan partai, perkembangan tersebut berarti harus dibenahinya pendidikan politik anggota, mereka harus mampu membedakan antara aksi yang benar dengan aksi yang keliru, terutama kemampuan mereka untuk menghindari jebakan polisi, yakni yang berupa “provokasi.” Massa juga harus diperingatkan tentang hal ini. Polisi sangat berkepentingan untuk meyakinkan bahwa “revolusi” itu sama dengan “peledakan bom,” karena hal tersebut akan membuat golongan revolusioner terkucil dari massa ‘rakyat’, polisi juga sangat berkepentingan untuk membuat “provokasi” sabotase dengan “bom,” untuk kemudian menuduh PKI sebagai dalangnya, agar ada alasan yang baik untuk menindasnya. Partai, militansi dan kawan-kawan separtai harus senantiasa waspada, dan tidak ada kewaspadaan tanpa disiplin; sekali lagi, masalah disiplin ini menjadi tuntutan utama. Dengan demikian tanggung jawab partai makin besar dan peranan partai dalam perjuangan anti kolonial semakin meningkat. Akibatnya tekanan dari musuhpun semakin keras.
Di depan konggres partai, Juni 1924, Darsono, yang pernah menjadi tangan kanan Semaun, menyatakan bahwa, “Partai tanpa disiplin adalah ibarat tembok tanpa semen,mesin tanpa baut”4) dan ia juga memperingatkan tentang bahaya konsepsi “avonturistis” dalam sebuah perubahan politik atau “revolusi.” Juga harus dipahami adanya hukum perkembangan sejarah, untuk membantu kemajuannya (partai – penj). Tapi sejarah itu tak bisa dimajukan lebih cepat dengan memperkosanya. Suatu dokumen berjudul “Manifes Komunis Indonesia” yang bertanggal di bulan pertama pendirian PKI telah menyatakan:
“Kaum komunis dan partainya tidak bisa bikin pemberontakan. Komunisme tergantung dari keadaan pergaulan hidup dan ia hanya bisa bekerja menurut keadaannya. Kewajiban kaum komunis dan partainya yaitu memimpin pergerakan kaum buruh supaya dalam pertentangannya tidak demikian banyak ada jiwa manusia yang dikorbankan percuma. Kewajiban kaum komunis yaitu membawa pergerakan kaum buruh di jalan-jalan yang baik dan mudah. Fihak sana mendakwa kita hendak membikin revolusi. Kita menjawab bahwa kita tidak membikin revolusi, tetapi kita yakin-yakin benar,bahwa revolusi dunia itu akan pecah sendiri (…). Kaum komunis dan partainya hanya bisa memudahkan lahirnya dunia baru, lain tidak. Partai komunnis yaitu dukun beranak bagi dunia baru yang akan lahir itu”5)

Senin, 09 Januari 2012

ARTIKEL SUNDA

Atikan Kasenian di Sakola, Napak dina Budaya Bangsa

ANU pangheulana jadi pananya téh tangtuna ogé: naon tujuanana ngayakeun atikan kasenian di sakolaan, pangpangna tingkat SD? Puguh baé tujuanna lain pikeun ngajadikeun sakur siswa sangkan jadi seniman. Perkara isuk jaganing géto aya diantarana nu jadi seniman, éta mah tangtu henteu matak ngarobah tujuan utama iayakeunana atikan kasenian di sakola. Siswa tingkat SD, mangrupa mangsa nyorang atikan formal anu bakal nangtukeun ngabentukna karakter siswa ka hareupna. Diayakeunana atikan kasenian di sakola téh tujuan utamana mah pikeun ngatik sangkan siswa jadi kréatif.
Ku ayana atikan kasenian, siswa ogé dilatih pikeun mibanda kamampuh nalar, kalemesan budi, imajinasi, sarta kaseukeutan rasa dina nyawang kahirupan  di lingkungan sosial budaya Indonésia. Jadi, atikan kasenian téh henteu sakadar kalangenan, anu diayakeun dapon henteu. Lantaran, atikan kasenian bisa raket patalina jeung mata ajaran séjénna. Nu matak, sok aya istilah seni ngajar, seni diajar, jeung seni séjénna. Perkara éta nuduhkeun yén naon rupa perkara ogé bakal leuwih anteb lamun ditumpangan ku seni.
Pamaréntah kalintang surti kana pentingna atikan kasenian, pangpangna anu patali jeung kabudayaan. Ku kituna, dina PP No. 19, Taun 2005 ngeunaan Standar Nasional Pendidikan, kecap seni salawasna dihijikeun jeung budaya (seni dan budaya). Upama diteuleuman leuwih jauh, dihijikeunna kecap seni jeung budaya téh mibanda harti yén atikan kasenian salawasna kudu nyoko kana budaya di lingkungan séwang-séwangan. Lantaran bangsa Indonésia mibanda kabeungharan budaya, tangtu baé di saban wewengkon téh nyampak seni jeung budaya nu mandiri, sarta béda jeung seni budaya séjén. Tong boro nyarita nasional, dalah di tatar Sunda ogé kalintang beungharna. Saban wewengkon, sasarina miboga seni jeung budaya nu mibanda ajén-inajén punjul, sarta boga ciri has séwang-séwangan.
Seni jeung budaya ieu pisan anu perelu ditépakeun ka barudak sakola, sangkan mikawanoh, anu kadituna dipiharep mikacinta. Numuwuhkeun rasa kacinta tur kareueus kana seni jeung budaya sorangan, kalayan lain hartina nutup diri kana seni jeung budaya global. Taya salahna mikawanoh tur mikaresep budaya mancanagara, tapi henteu mopohokeun seni jeung budaya banda sorangan. Lanataran, seni jeung budaya bangsa, tangtu karakteristikna béda jeung seni budaya deungeun.
Hususna di tatar Sunda, tangtu baé anu perelu diwanohkeun téh seni budaya Sunda. Réa urang deungeun nu ngahaja ngayakeun panalungtikan ngeunaan seni budaya Sunda, ku lantaran ngarasa kataji tur nganggap seni budaya Sunda linuhung. Tangtu baé kalintang lebarna lamun urang Sunda sorangan henteu mikawanoh.
Ngawanohkeun seni budaya Sunda bisa dimimitian ku népakeun basa Sunda jeung rupaning kamonésan basa Sunda dina ajén sastra, anu nyampak dina eumpaka lagu, sajak, carpon, jeung sajabana. Perelu ditandeskeun deui yén basa Sunda téh henteu kampungan. Basa Sunda ogé bisa jadi basa rupaning paélmuan. Komo deui lamun ngagedurkeun népakeun kabiasaan ngagunakeun aksarana. Mémang, aksara Sunda geus langka digunakeun, lantaran kalintang banggana lamun ngamimitian ngawanohkeun aksara Sunda, anu kakara kapaluruh sababaraha taun katukang; nepi ka kiwari ogé masih kénéh réa nu nganggap yén aksara Sunda téh “ha na ca ra ka”. Padahal nu saéstuna mah aksara Sunda téh “ka ga nga…”. Jadi, wajar lamun bangga diterapkeun dina kabiasaan sapopoé. Ku kituna, aksara Sunda mah geus puguh hésé, tinggal basana nu kudu digedurkeun téh, lantaran basa Sunda mah masih kénéh diparaké dina kahirupan sapopoé. Malah dina tayangan tivi nasional ogé, basa Sunda mindeng dipaké, sanajan ngan ukur di sabudeureun bobodoran. Kilang kitu, ku mindeng dikedalkeun ogé apan bisa nuduhkeun yén basa Sunda téh masih kénéh aya dikieuna, dipikawanoh, tur masih loba anu ngagunakeun dina kahirupan sapopoé. Nu leuwih utama, basa Sunda téh basa rasa, nu kalintang anteb tur nyurup digunakeun ku para nonoman urang Sunda.***

Artikel - Sejarah Valentine's Day

Asal Usul Perayaan Valentine

Pada zaman modern ini, hari Valentine didominasi oleh hati berwarna pink dan yang dipanah oleh Cupid. Padahal asal-usul perayaan ini justru sangat berbeda jauh dengan simbol-simbol cinta ini.
Valentine sebenarnya adalah seorang biarawan Katolik yang menjadi martir. Valentine dihukum mati oleh kaisar Claudius II karena menentang peraturan yang melarang pemuda Romawi menjalin hubungan cinta dan menikah karena mereka akan dikirim ke medan perang.
Ketika itu, kejayaan kekaisaran Romawi tengah berada di tengah ancaman keruntuhannya akibat kemerosotan aparatnya dan pemberontakan rakyat sipilnya. Di perbatasan wilayahnya yang masih liar, berbagai ancaman muncul dari bangsa Gaul, Hun, Slavia, Mongolia dan Turki. Mereka mengancam wilayah Eropa Utara dan Asia. Ternyata wilayah kekaisaran yang begitu luas dan meluas lewat penaklukan ini sudah memakan banyak korban, baik dari rakyat negeri jajahan maupun bangsa Romawi sendiri. Belakangan mereka tidak mampu lagi mengontrol dan mengurus wilayah yang luas ini.
Untuk mempertahankan kekaisarannya, Claudius II tak henti merekrut kaum pria Romawi yang diangap masih mampu bertempur, sebagai tentara yang siap diberangkatkan ke medan perang. Sang kaisar melihat tentara yang mempunyai ikatan kasih dan pernikahan bukanlah tentara yang bagus. Ikatan kasih dan batin dengan keluarga dan orang-orang yang dicintai hanya akan melembekkan daya tempur mereka. Oleh karena itu, ia melarang kaum pria Romawi menjalin hubungan cinta, bertunangan atau menikah.
Valentine, sang biarawan muda melihat derita mereka yang dirundung trauma cinta tak sampai ini. Diam-diam mereka berkumpul dan memperoleh siraman rohani dari Valentine. Sang biarawan bahkan memberi mereka sakramen pernikahan. Akhirnya aksi ini tercium oleh Kaisar. Valentine dipenjara. Oleh karena ia menentang aturan kaisar dan menolak mengakui dewa-dewa Romawi, dia dijatuhi hukuman mati.
Di penjara, dia bersahabat dengan seorang petugas penjara bernama Asterius. Petugas penjaga penjara ini memiliki seorang putri yang menderita kebutaan sejak lahir. Namanya Julia. Valentine berusaha mengobati kebutaannya. Sambil mengobati, Valentine mengajari sejarah dan agama. Dia menjelaskan dunia semesta sehingga Julia dapat merasakan makna dan kebijaksanannya lewat pelajaran itu.
Julia bertanya, "Apakah Tuhan sungguh mendengar doa kita?"
"Ya anakku. Dia mendengar setiap doa kita."
"Apakah kau tahu apa yang aku doakan setiap pagi? Aku berdoa supaya aku dapat melihat. Aku ingin melihat dunia seperti yang sudah kau ajarkan kepadaku."
"Tuhan melakukan apa yang terbaik untuk kita, jika kita percaya pada-Nya,"sambung Valentine.
"Oh, tentu. Aku sangat mempercayai-Nya," kata Julia mantap.
Lalu, mereka bersama-sama berlutut dan memanjatkan doa.
Beberapa minggu kemudian, Julia masih belum mengalami kesembuhan. Hingga tiba saat hukuman mati untuk Valentine. Valentine tidak sempat mengucapkan perpisahan dengan Julia, namun ia menuliskan ucapan dengan pesan untuk semakin dekat kepada Tuhan. Tak lupa ditambahi kata-kata,"Dengan cinta dari Valentin-mu" (yang akhirnya menjadi ungkapan yang mendunia). Ia meninggal 14 Februari 269. Valentine dimakamkan di Gereja Praksedes Roma.
Keesokan harinya , Julia menerima surat ini. Saat membuka surat, ia dapat melihat huruf dan warna-warni yang baru pertama kali dilihatnya. Julia sembuh dari kebutaannya.
Pada tahun 496, Paus Gelasius I menyatakan 14 Februari sebagai hari peringatan St. Valentine.
Kebetulan tanggal kematian Valentine bertepatan dengan perayaan Lupercalia, suatu perayaan orang Romawi untuk menghormati dewa Kesuburan Februata Juno. Dalam perayaan ini, orang Romawi melakukan undian seksual! Caranya, merka memasukkan nama ke dalam satu wadah, lalu mengambil secara acak nama lawan jenisnya. Nama yang didapat itu menjadi pasangan hidupnya selama satu tahun. Lalu pada perayaan berikutnya mereka membuang undi lagi.
Rupanya Paus tidak sreg pada cara perayaan ini. Karena itulah, gereja sedikit memodifikasi perayaan ini. Mereka memasukkan nama-nama santo dalam kotak itu. Selama setahun setiap orang akan meneladani santo yang tertulis pada undian yang diambilnya. Untuk membuat acara itu sedikit lucu, gereja juga memasukkan nama Simeon Stylites. Orang yang mengambil nama ini dianggap apes alias tidak mujur, soalnya Simeon menghabiskan hidupnya di atas pillar, tidak beranjak satu kali pun.
Nama Valentine lalu diabadikan dalam festival tahunan ini. Di festival ini, pasangan kekasih atau suami istri Romawi mengungkapkan perasaan kasih dan cintanya dalam pesan dan surat bertuliskan tangan. Di daratan Eropa tradisi ini berkembang dengan menuliskan kata-kata cinta dan dalam bentuk kartu berhiaskan hati dan dewa Cupid kepada siapapun yang dicintai. Atau memberi perhatian kecil dengan bunga, coklat dan permen.
Di zaman modern, kebiasaan menulis surat dengan tangan diangap tidak praktis. Lagipula, tidak setiap orang bisa merangkaikan kata-kata yang romantis. Lalu muncullah kartu valentine yang dianggap lebih praktis. Kartu Valentine modern pertama dikirim oleh Charles seorang bangsawan Orleans kepada istrinya, tahun 1415. Ketika itu dia mendekam di penjara di Menara London. Kartu ini masih dipameran di British Museum. Di Amerika,Esther Howland adalah orang pertama yang mengirimkan kartu valentine. Kartu valentine secara komersial pertama kali dibuat tahun 1800-an.
Sayangnya dari hari ke hari, perayan Valentine telah kehilangan makna yang sejati. Semangat kasih dn pengorbanan St. Valentine telah dikalahkan oleh nafsu komesialisasi perayaan ini.

Senin, 02 Januari 2012

NAMA : RIZKA SYAMSIYAH NOOR
ALAMAT : DSN. PASIR AMIS
DESA SUKANAGARA
KEC. JATINAGARA
KAB. CIAMIS
NPM : 2105110008
KELAS : 1-A
HOBBY : MANCING, BACA NOVEL, MAIN
AGAMA : ISLAM
PRODI : SEJARAH
MOTTO : KEYAKINAN YANG KUAT AKAN MEMBERI KEMUDAHAN DALAM MENJALANI HIDUP YANG SEHAT !!! :D


RIWAYAT PENDIDIKAN :
1. SDN 3 SUKANAGARA
2. SMPN 1 JATINAGARA
3. SMAN 1 KAWALI